wah kalo udah ceritain games yang satu ini gada abisnya deh. aku ma temen-temen plus saudara-saudara kayaknya mania sims. dari mule sims 1 sampe sekarang ada sims 2, pasti langsung diburu hehehehe. asyik banget, buatku maen sims tuh kayak jadi tuhan, kita atur semua-semua semau kita. dulu awal-awal sih aku jadi tuhan yang baik, tapi sekarang.. aku paling suka banget buat yang aneh-aneh. aku pernah pacarin semua tetangga-tetaggaku, termasuk orang-orang kepunyaan saudara-saudaraku hehehe, aku jg paling hobi matiin anak kecil kalo udah pusing. aku malah pernah bikin peternakan bayi. jadi setiap yang bayi yang lahir ditaro ditempat itu dan aku nyewa nanny, nanny nya aku kunci disana, pintunya aku ambil. macem-macem deh.
aku jg paling suka pas nikahan, ngundang semua pacarku, jadinya ribut dan aku ditamparin hehehe. aku jg kadang memperbudak pasanganku untuk kerjain semua pekerjaan rumah tangga termasuk ngurus anak, aku sendiri kerja dan selingkuh hehehee.
mengenai dekorasi, kalo yang satu ini aku serius, aku bikin bener-bener... aku malah sering banget masukin fitur baru buat nambah barang dan atribut dekorasi.
Sabtu, 20 September 2008
tips mengurangi homesick
jauh dari keluarga pastilah kadang jadi kangen. homesick abis hehehe. karena udah berulang kali pergi-pergi, akhirnya aku nemuin resep buat ngurangin home sick. caraku ngurangi homesick nih ya...
- bawa foto keluarga
- masak masakan tanah air (aku sih praktisnya bawa bumbu siap saji kemana-mana)
- menyibukan diri, mumpung di negara orang, jalan-jalan lah pastinya...
- ikut kegiatan or kursus
- berteman, ma sapa aja, ma orang2 di resto deket apartemen, ma resepsionis dan pekerja2 di apartemen. banyaklah itu kalo niat mah
- keep in touch always ma keluarga.
- simpen di laptop lagu-lagu dari dalam negri, aku punya banget tuh lagu daerah, lagu rohani dan lagu pop tanah air.
- tiap kali pergi aku tuh bawa souvenir dari dalam negri, sebenernya buat dibagi-bagi ke klien di negara itu tapi kan ngasinya pas perpisahan jadi sebelumnya aku pasang di apartemen hehehe.
- ke embassy, berkumpul dengan orang-orang setanah air. manfaatnya banyak banget, sering aku dapet info2 bagus dari orang-orang disana.
- aku dimana pun selalu buka situs dalam negri juga.
thanks God
buatku, apa yang aku jalani sekarang adalah sebuah anugrah, g semua orang bisa ngdapatin apa yang aku jalanin sekarang. sejujurnya, aku sangat bersyukur. bersyukur dengan sangat bisa keliling dan melihat negara orang lain.
kita seperti dikasih hadiah bulan madu terus menerus. sebelum nikah, kami berdua susah banget pacaran, selain karena long distance, kesibukan pasanganku ampun-ampunan deh. yah kan suamiku dari dulu kerjaannya ngaudit. kabur2an mulu lah pastinya, mana kerjaan seperti itu g jelas kapan tidur kapan maennya hehehe.
walo sampe detik ini aku belum hamil tapi blas aku enjoy-enjoy aja. aku percaya semua ada waktunya. aku kadang malah merasa damai dan bebas karena belum bawa-bawa drum dan belum ada buntut hehehehe. g kebayang, gimana ceritanya aku masih jalan-jalan gini bawa drum ato repot ma buntut hehehehe. sekarang dengan begini, aku ma suami kalo mau kemana-mana dan ngapa-ngapain bisa langsung kabur. kita nikmatin banget masa-masa bisa pacaran berdua. nonton, main, jalan-jalan. aku tuh ngrasanya tuhan sayank banget ma aku, ma suamiku dan ma hubungan kita berdua. semua Dia atur dengan sempurna...
aku syukuri setiap detik dan waktu ya aku jalani. aku nikmatin setiap moment yang aku alamin. be positif.. itu yang aku tanam selalu dihati.
kita seperti dikasih hadiah bulan madu terus menerus. sebelum nikah, kami berdua susah banget pacaran, selain karena long distance, kesibukan pasanganku ampun-ampunan deh. yah kan suamiku dari dulu kerjaannya ngaudit. kabur2an mulu lah pastinya, mana kerjaan seperti itu g jelas kapan tidur kapan maennya hehehe.
walo sampe detik ini aku belum hamil tapi blas aku enjoy-enjoy aja. aku percaya semua ada waktunya. aku kadang malah merasa damai dan bebas karena belum bawa-bawa drum dan belum ada buntut hehehehe. g kebayang, gimana ceritanya aku masih jalan-jalan gini bawa drum ato repot ma buntut hehehehe. sekarang dengan begini, aku ma suami kalo mau kemana-mana dan ngapa-ngapain bisa langsung kabur. kita nikmatin banget masa-masa bisa pacaran berdua. nonton, main, jalan-jalan. aku tuh ngrasanya tuhan sayank banget ma aku, ma suamiku dan ma hubungan kita berdua. semua Dia atur dengan sempurna...
aku syukuri setiap detik dan waktu ya aku jalani. aku nikmatin setiap moment yang aku alamin. be positif.. itu yang aku tanam selalu dihati.
intermezo : Kejadian dalam Keuangan Rumah Tangga
Kejadian dalam perjalanan rumah tangga bisa berakibat buruk bila tidak disikapi dengan baik dan bijak. Perlu dipikirkan masak-masak agar perjalanan keuangan yang mulus bisa tetap mulus.
Dalam kesempatan kali ini, saya ingin menyajikan beberapa kejadian yang sering kali muncul dalam kehidupan keuangan di masa kini. Misalnya, perihal gaji istri yang lebih besar, bagaimana menyikapi bila harus menyantuni keluarga yang kurang mampu atau malah kehidupan keluarga yang masih disubsidi oleh orang tua atau mertua. Agar tidak menambah buruk kondisi keuangan Anda dan pasangan, ada baiknya Anda mengikuti beberapa bagian artikel kita kali ini.
Minder karena Gaji Istri Lebih Tinggi
Bagi kebanyakan suami, gaji identik dengan harga dirinya sebagai kepala keluarga. Tak heran bila suami jadi minder hanya gara-gara gaji istrinya lebih tinggi.
Sebenarnya, minder-tidaknya suami tergantung dari kepribadian suami-istri itu sendiri dan sikap serta perlakuan masing-masing terhadap pasangannya. Bila istri rajin mengomel dan gemar mencerca, suami yang normal pun lama-lama akan minder. Sementara suami yang kurang PD alias tak percaya diri, tetap saja dibayangi rasa rendah diri, kendati istrinya sama sekali tak pernah mempersoalkan gajinya yang lebih tinggi.
Suami yang kurang atau malah enggak PD dan konsep harga dirinya rendah, umumnya juga kurang mampu membina hubungan interpersonal yang baik dengan siapa saja, bukan cuma dengan istrinya.
Pria tipe begini, bila memiliki istri berkedudukan/bergaji lebih tinggi, biasanya akan menjadikan dirinya makin merasa tak berarti. Celakanya, dalam keadaan seperti itu, tiap orang, termasuk suami, memiliki beragam defense untuk mempertahankan harga dirinya yang bisa berkembang menjadi konflik tak terselesaikan.
Sementara istri yang cenderung meremehkan suami, boleh jadi karena sejak kecil tak pernah melihat banyak uang atau merasakan kemewahan. Di saat mendapat kelimpahan materi, ia cenderung mudah lupa. Meski bukan tak mungkin suami-istri tersebut sebetulnya memang sudah bermasalah dan enggan mencari solusi yang sehat. Si istri, misalnya, sengaja menggunakan kesempatan dan cara-cara tersebut untuk balas dendam atau menyakiti suaminya. Padahal, kalau ada sesuatu yang tak beres, harusnya dikomunikasikan, bukan malah mencari jalan keluar ngawur semacam itu.
Faktor lain, istri dominan. Istri model ini umumnya memiliki need of power yang tinggi dan tak bisa mengendalikan emosi. Hati-hati, lo, Bu, dominasi istri, bisa mendorong suami mencari perempuan lain yang membuat dirinya merasa dihargai sebagai lelaki. Sekalipun ia mesti menghamburkan uang untuk "membeli" pengakuan tadi.
Sebenarnya, jika masalah di antara suami-istri cuma sebatas gaji, tak akan sampai menimbulkan konflik. Seberapa pun harga dirinya tersinggung, suami yang bersikap dewasa pasti mampu mengontrol dirinya. Ia akan mengajak istrinya berbicara kala si istri mulai menampakkan perilaku yang kurang menyenangkannya. Begitu juga istri yang dewasa, akan menegur dengan gaya bicara yang menyenangkan saat merasa tak nyaman dengan kondisi suaminya. Jadi, bukan berupa kritik pedas yang menyudutkan apalagi menjatuhkan atau menghancurkan.
Bila Harus Menyantuni Ipar dan Mertua
Urusan ipar dan mertua memang sensitif. Terlebih yang menyangkut soal uang. Kuncinya cuma keterbukaan sejak awal.
Perkawinan di Indonesia, pada dasarnya adalah perkawinan yang melibatkan keluarga besar. Dengan demikian, baik adik, kakak, ayah, maupun ibu, seringkali terlibat atau melibatkan diri ke dalam hidup perkawinan kita. Bahkan, dalam soal-soal yang pribadi pun seperti masalah keuangan, mereka juga terlibat.
Nah, lantaran kepentingan keluarga besar masih sering diperhitungkan, maka membantu ipar/mertua dalam soal keuangan pun sering dilakukan. Biasanya, anak sulunglah, terutama lelaki, yang kerap jadi andalan. Hal ini bisa menimbulkan konflik di antara suami-istri bila sejak awal tak ada keterbukaan.
Memang, bukan berarti perkawinan akan mulus-mulus saja sekalipun, kesediaan menyokong ipar/mertua sudah disepakati kedua belah pihak. Namun, konfliknya bukan bersumber dari suami-istri itu sendiri, melainkan dari si ipar/mertua yang bersikap tak tahu diri.
Misal, si kakak/anak cuma bisa bantu Rp 1.000, tapi si adik/orang tua ngotot minta Rp 10.000. Kalau tak diberi, mereka malah menjelek-jelekkan keluarga kakak/anaknya. Ya, jelas, dong, kalau akhirnya timbul konflik baru gara-gara si ipar/mertua ngelunjak. Ipar/mertua yang demikian sering bersikap dan merasa bahwa kewajiban sang kakak/anaklah untuk membantunya sehingga dia juga ikut "berkuasa" dalam soal keuangan.
Bila hubungan pasutri jadi runyam gara-gara menanggung ipar/mertua, maka masing-masing pihak harus membuka diri untuk mencari solusi. Kalau memang bantuan mau tak mau harus diberikan, buatlah daftar skala prioritas.
Misal, apa saja prioritas pengeluaran suami-istri; apakah untuk anak-anak atau keluarga besar? Bukankah suami-istri juga perlu menabung untuk kebutuhan biaya sekolah anak-anak kelak? Ingat, biaya sekolah zaman sekarang enggak sedikit. Kita harus menabung sejak anak-anak masih balita.
Dengan membuat daftar skala prioritas, pos-pos di luar kebutuhan rutin seperti uang bantuan untuk ipar/mertua, harus didiskusikan bersama seberapa besar dan untuk keperluan apa saja yang boleh disokong. Meskipun suami atau istri dibesarkan dalam keluarga yang sering saling bantu dalam hal keuangan, namun bila sudah menikah hendaknya setiap bantuan yang diberikan kepada adik/orang tua atau keluarga besarnya harus sepengetahuan pasangannya. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkan untuk orang lain di luar keluarga inti, suami dan istri sudah sama-sama tahu dan setuju jumlahnya. Dengan demikian, konflik soal tanggung-menanggung ipar/mertua bisa dihindarkan.
Tentu saja, dalam menyokong ipar/mertua hendaknya dilakukan setelah kebutuhan keluarga inti terpenuhi. Jadi, bantulah sesuai kemampuan, tak usah gengsi soal besarnya.
Masih Disubsidi Orang Tua
Tak masalah, kok. Yang penting, pasangan setuju dan orang tua pun tak lantas mengintervensi kehidupan perkawinan anaknya.
Subsidi harus dibedakan dengan hadiah. Subsidi adalah pemberian rutin, sedangkan hadiah hanya diberikan sesekali. Mobil atau rumah yang diberikan sekali setelah menikah, bisa digolongkan sebagai hadiah. Istilahnya, modal dari orang tua atau mertua untuk berumah tangga.
Setelah menikah pun, sebenarnya boleh-boleh saja subsidi dari orang tua salah satu pihak tetap diterima. Tentu dengan syarat, kondisinya benar-benar mendesak. Misal, untuk kebutuhan primer. Di luar itu, seperti subsidi untuk kegiatan bersenang-senang, rasanya tak perlu karena jadinya terlalu berlebihan.
Sebenarnya, wajar saja bila kemudian orang tua/mertua ingin tahu, apakah bantuannya dimanfaatkan seperti yang diharapkan. Namun, tak berarti semua hal boleh dicampurinya. Pemanfaatan subsidi hanya boleh diintervensi sebatas saran. Setiap pasangan hendaknya punya independensi untuk mengelolanya. Antara suami dan istri pun harus ada kesepakatan dulu, apakah subsidi, dalam bentuk apa pun, semisal uang atau kiriman makanan secara rutin, akan mereka terima atau tidak. Setelah itu, apa pun konsekuensi dari keputusan yang diambil bersama, harus diterima.
Yang penting diingat, kendati subsidi jalan terus, sebagai keluarga yang "merdeka dan berdaulat", harusnya suami-istri bisa menolak saran mertua/orang tua yang dirasa tidak pas. Tentu saja penolakannya secara halus agar tak menimbulkan salah paham. Kalau sarannya memang bagus, tak ada salahnya diterapkan.
Masalahnya, yang sering terjadi, karena merasa sudah dibantu, semua yang disarankan mertua/orang tua seakan wajib dilaksanakan. Pada kondisi seperti inilah suami-istri bisa tertekan dan merasa terus diintervensi.
Kalaupun keberatan dengan subsidi yang diberikan, suami-istri harus kompak menyampaikannya dengan cara enak. Misalnya, "Bukannya tidak mau, Ma. Siapa, sih, yang enggak senang masih dipikirin orang tua? Tapi kami juga ingin belajar mandiri. Kami hanya takut jadi kurang termotivasi kalau terus-menerus dibantu. Nanti kalau sampai ada apa-apa, toh, balik-baliknya, ya, ke Papa dan Mama juga."
Jika tak bisa ditolak sama sekali, usulkan baik-baik, bagaimana kalau pemberian hanya diberikan bila ada momen khusus semisal hari raya, ulang tahun, dan sebagainya. Yang sulit ditolak adalah pemberian yang dilakukan secara ikhlas sebagai tanda sayang tanpa menuntut apa pun.
Tentu saja setiap penolakan bisa menyinggung perasaan mereka, lalu subsidi dihentikan. Oleh karena itu, pasangan sudah harus siap mempertahankan apa yang mereka yakini benar dan konsekuen terhadap pilihannya. Termasuk risiko penghentian subsidi dari orang tua/mertua.
Namun, subsidi yang diberikan terus-menerus bisa berdampak buruk. Pasangan yang selalu mendapatkan semua hal dengan mudah, jadi tak termotivasi untuk meningkatkan diri. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mengulang hal-hal yang menyenangkan hatinya dan menghentikan semua yang tak menyenangkan. Sesuatu yang menyenangkan tadi bisa didapatnya dengan mudah. Alhasil, dorongan untuk mengusahakannya sendiri jadi tak ada.
Jika berlarut-larut, efek dari dampak ini pun nantinya akan sampai ke anak. Orang tua akan kehilangan wibawa di mata anaknya, karena kebutuhan keluarga masih dibantu kakek-neneknya. Bisa-bisa anak lebih menghormati kakek-nenek dibanding orang tuanya. Di sisi lain, anak tak termotivasi untuk mandiri karena semangat itu tak bisa diberikan orang tuanya.
Demikianlah beberapa kejadian kehidupan yang terkadang bisa mengubah arah perjalanan keuangan yang tadinya baik malah bisa berantakan. Semoga ulasan singkat ini menambah wawasan serta pengetahuan Anda. n
Dalam kesempatan kali ini, saya ingin menyajikan beberapa kejadian yang sering kali muncul dalam kehidupan keuangan di masa kini. Misalnya, perihal gaji istri yang lebih besar, bagaimana menyikapi bila harus menyantuni keluarga yang kurang mampu atau malah kehidupan keluarga yang masih disubsidi oleh orang tua atau mertua. Agar tidak menambah buruk kondisi keuangan Anda dan pasangan, ada baiknya Anda mengikuti beberapa bagian artikel kita kali ini.
Minder karena Gaji Istri Lebih Tinggi
Bagi kebanyakan suami, gaji identik dengan harga dirinya sebagai kepala keluarga. Tak heran bila suami jadi minder hanya gara-gara gaji istrinya lebih tinggi.
Sebenarnya, minder-tidaknya suami tergantung dari kepribadian suami-istri itu sendiri dan sikap serta perlakuan masing-masing terhadap pasangannya. Bila istri rajin mengomel dan gemar mencerca, suami yang normal pun lama-lama akan minder. Sementara suami yang kurang PD alias tak percaya diri, tetap saja dibayangi rasa rendah diri, kendati istrinya sama sekali tak pernah mempersoalkan gajinya yang lebih tinggi.
Suami yang kurang atau malah enggak PD dan konsep harga dirinya rendah, umumnya juga kurang mampu membina hubungan interpersonal yang baik dengan siapa saja, bukan cuma dengan istrinya.
Pria tipe begini, bila memiliki istri berkedudukan/bergaji lebih tinggi, biasanya akan menjadikan dirinya makin merasa tak berarti. Celakanya, dalam keadaan seperti itu, tiap orang, termasuk suami, memiliki beragam defense untuk mempertahankan harga dirinya yang bisa berkembang menjadi konflik tak terselesaikan.
Sementara istri yang cenderung meremehkan suami, boleh jadi karena sejak kecil tak pernah melihat banyak uang atau merasakan kemewahan. Di saat mendapat kelimpahan materi, ia cenderung mudah lupa. Meski bukan tak mungkin suami-istri tersebut sebetulnya memang sudah bermasalah dan enggan mencari solusi yang sehat. Si istri, misalnya, sengaja menggunakan kesempatan dan cara-cara tersebut untuk balas dendam atau menyakiti suaminya. Padahal, kalau ada sesuatu yang tak beres, harusnya dikomunikasikan, bukan malah mencari jalan keluar ngawur semacam itu.
Faktor lain, istri dominan. Istri model ini umumnya memiliki need of power yang tinggi dan tak bisa mengendalikan emosi. Hati-hati, lo, Bu, dominasi istri, bisa mendorong suami mencari perempuan lain yang membuat dirinya merasa dihargai sebagai lelaki. Sekalipun ia mesti menghamburkan uang untuk "membeli" pengakuan tadi.
Sebenarnya, jika masalah di antara suami-istri cuma sebatas gaji, tak akan sampai menimbulkan konflik. Seberapa pun harga dirinya tersinggung, suami yang bersikap dewasa pasti mampu mengontrol dirinya. Ia akan mengajak istrinya berbicara kala si istri mulai menampakkan perilaku yang kurang menyenangkannya. Begitu juga istri yang dewasa, akan menegur dengan gaya bicara yang menyenangkan saat merasa tak nyaman dengan kondisi suaminya. Jadi, bukan berupa kritik pedas yang menyudutkan apalagi menjatuhkan atau menghancurkan.
Bila Harus Menyantuni Ipar dan Mertua
Urusan ipar dan mertua memang sensitif. Terlebih yang menyangkut soal uang. Kuncinya cuma keterbukaan sejak awal.
Perkawinan di Indonesia, pada dasarnya adalah perkawinan yang melibatkan keluarga besar. Dengan demikian, baik adik, kakak, ayah, maupun ibu, seringkali terlibat atau melibatkan diri ke dalam hidup perkawinan kita. Bahkan, dalam soal-soal yang pribadi pun seperti masalah keuangan, mereka juga terlibat.
Nah, lantaran kepentingan keluarga besar masih sering diperhitungkan, maka membantu ipar/mertua dalam soal keuangan pun sering dilakukan. Biasanya, anak sulunglah, terutama lelaki, yang kerap jadi andalan. Hal ini bisa menimbulkan konflik di antara suami-istri bila sejak awal tak ada keterbukaan.
Memang, bukan berarti perkawinan akan mulus-mulus saja sekalipun, kesediaan menyokong ipar/mertua sudah disepakati kedua belah pihak. Namun, konfliknya bukan bersumber dari suami-istri itu sendiri, melainkan dari si ipar/mertua yang bersikap tak tahu diri.
Misal, si kakak/anak cuma bisa bantu Rp 1.000, tapi si adik/orang tua ngotot minta Rp 10.000. Kalau tak diberi, mereka malah menjelek-jelekkan keluarga kakak/anaknya. Ya, jelas, dong, kalau akhirnya timbul konflik baru gara-gara si ipar/mertua ngelunjak. Ipar/mertua yang demikian sering bersikap dan merasa bahwa kewajiban sang kakak/anaklah untuk membantunya sehingga dia juga ikut "berkuasa" dalam soal keuangan.
Bila hubungan pasutri jadi runyam gara-gara menanggung ipar/mertua, maka masing-masing pihak harus membuka diri untuk mencari solusi. Kalau memang bantuan mau tak mau harus diberikan, buatlah daftar skala prioritas.
Misal, apa saja prioritas pengeluaran suami-istri; apakah untuk anak-anak atau keluarga besar? Bukankah suami-istri juga perlu menabung untuk kebutuhan biaya sekolah anak-anak kelak? Ingat, biaya sekolah zaman sekarang enggak sedikit. Kita harus menabung sejak anak-anak masih balita.
Dengan membuat daftar skala prioritas, pos-pos di luar kebutuhan rutin seperti uang bantuan untuk ipar/mertua, harus didiskusikan bersama seberapa besar dan untuk keperluan apa saja yang boleh disokong. Meskipun suami atau istri dibesarkan dalam keluarga yang sering saling bantu dalam hal keuangan, namun bila sudah menikah hendaknya setiap bantuan yang diberikan kepada adik/orang tua atau keluarga besarnya harus sepengetahuan pasangannya. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkan untuk orang lain di luar keluarga inti, suami dan istri sudah sama-sama tahu dan setuju jumlahnya. Dengan demikian, konflik soal tanggung-menanggung ipar/mertua bisa dihindarkan.
Tentu saja, dalam menyokong ipar/mertua hendaknya dilakukan setelah kebutuhan keluarga inti terpenuhi. Jadi, bantulah sesuai kemampuan, tak usah gengsi soal besarnya.
Masih Disubsidi Orang Tua
Tak masalah, kok. Yang penting, pasangan setuju dan orang tua pun tak lantas mengintervensi kehidupan perkawinan anaknya.
Subsidi harus dibedakan dengan hadiah. Subsidi adalah pemberian rutin, sedangkan hadiah hanya diberikan sesekali. Mobil atau rumah yang diberikan sekali setelah menikah, bisa digolongkan sebagai hadiah. Istilahnya, modal dari orang tua atau mertua untuk berumah tangga.
Setelah menikah pun, sebenarnya boleh-boleh saja subsidi dari orang tua salah satu pihak tetap diterima. Tentu dengan syarat, kondisinya benar-benar mendesak. Misal, untuk kebutuhan primer. Di luar itu, seperti subsidi untuk kegiatan bersenang-senang, rasanya tak perlu karena jadinya terlalu berlebihan.
Sebenarnya, wajar saja bila kemudian orang tua/mertua ingin tahu, apakah bantuannya dimanfaatkan seperti yang diharapkan. Namun, tak berarti semua hal boleh dicampurinya. Pemanfaatan subsidi hanya boleh diintervensi sebatas saran. Setiap pasangan hendaknya punya independensi untuk mengelolanya. Antara suami dan istri pun harus ada kesepakatan dulu, apakah subsidi, dalam bentuk apa pun, semisal uang atau kiriman makanan secara rutin, akan mereka terima atau tidak. Setelah itu, apa pun konsekuensi dari keputusan yang diambil bersama, harus diterima.
Yang penting diingat, kendati subsidi jalan terus, sebagai keluarga yang "merdeka dan berdaulat", harusnya suami-istri bisa menolak saran mertua/orang tua yang dirasa tidak pas. Tentu saja penolakannya secara halus agar tak menimbulkan salah paham. Kalau sarannya memang bagus, tak ada salahnya diterapkan.
Masalahnya, yang sering terjadi, karena merasa sudah dibantu, semua yang disarankan mertua/orang tua seakan wajib dilaksanakan. Pada kondisi seperti inilah suami-istri bisa tertekan dan merasa terus diintervensi.
Kalaupun keberatan dengan subsidi yang diberikan, suami-istri harus kompak menyampaikannya dengan cara enak. Misalnya, "Bukannya tidak mau, Ma. Siapa, sih, yang enggak senang masih dipikirin orang tua? Tapi kami juga ingin belajar mandiri. Kami hanya takut jadi kurang termotivasi kalau terus-menerus dibantu. Nanti kalau sampai ada apa-apa, toh, balik-baliknya, ya, ke Papa dan Mama juga."
Jika tak bisa ditolak sama sekali, usulkan baik-baik, bagaimana kalau pemberian hanya diberikan bila ada momen khusus semisal hari raya, ulang tahun, dan sebagainya. Yang sulit ditolak adalah pemberian yang dilakukan secara ikhlas sebagai tanda sayang tanpa menuntut apa pun.
Tentu saja setiap penolakan bisa menyinggung perasaan mereka, lalu subsidi dihentikan. Oleh karena itu, pasangan sudah harus siap mempertahankan apa yang mereka yakini benar dan konsekuen terhadap pilihannya. Termasuk risiko penghentian subsidi dari orang tua/mertua.
Namun, subsidi yang diberikan terus-menerus bisa berdampak buruk. Pasangan yang selalu mendapatkan semua hal dengan mudah, jadi tak termotivasi untuk meningkatkan diri. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mengulang hal-hal yang menyenangkan hatinya dan menghentikan semua yang tak menyenangkan. Sesuatu yang menyenangkan tadi bisa didapatnya dengan mudah. Alhasil, dorongan untuk mengusahakannya sendiri jadi tak ada.
Jika berlarut-larut, efek dari dampak ini pun nantinya akan sampai ke anak. Orang tua akan kehilangan wibawa di mata anaknya, karena kebutuhan keluarga masih dibantu kakek-neneknya. Bisa-bisa anak lebih menghormati kakek-nenek dibanding orang tuanya. Di sisi lain, anak tak termotivasi untuk mandiri karena semangat itu tak bisa diberikan orang tuanya.
Demikianlah beberapa kejadian kehidupan yang terkadang bisa mengubah arah perjalanan keuangan yang tadinya baik malah bisa berantakan. Semoga ulasan singkat ini menambah wawasan serta pengetahuan Anda. n
selanjutnya korea
di korea aku bakalan tinggal sekitar 3 bulanan, aku tinggal di oakwood apartment. sampe jumpa lagi ma cerita selanjutnya ya...
kisah manis di jepang
kalo di tanya, pengen g balik lagi ke jepang... jawabnya ya iyalah hehehe. aku suka banget, serba ada, tempatnya tertib, aman dan nyaman. jepang tuh kombinasi yang kontras antara sangat modern dalam teknologi di banyak sektor dan tempat yang masih mengamalkan seni-seni tradisional. aku banyak banget belajar disini. selama di jepang, aku muter.. pokoknya tiap hari liat hal-hal baru.
sewaktu di india, aku masih ngliat cara ngbangun gedung, orang-orangnya tuk ambil barang masih pake tangga bambu bertingkat, mereka bahu membahu mengangkat bahan materialnya, jadi di setiap tahapan tangga ada orang yang berfungsi oper-operan barang. di jepang, bangunan yang lagi dibangun ditutup terpal jadi gada debu dan aman buat orang-orang disekitar.
aku tinggal di tokyo dan sempet main ke kyoto dan kamakura. aku suka sekali pasar ikan di tjukiji tokyo. segitu banyaknya ikan, tapi gada lalat, g kotor. wuih!!! aku jg seneng pas ke okadaya, kalo g salah bangunannya sampe 7 lantai, isinya bahan-bahan tuk kerajinan tangan, kumplit. disana jg ada buku-buku cara bikinnya. kalo suamiku hobi banget ke akibahara, yodobashi.. buat dia yang hobi ma kamera, tuh tempat udah kyk surga kali ya. tiap minggu pasti mesti mampir sana.. suamiku itu memang menggemaskan hehehe.
naek kereta di odaiba, muterin rainbow gate, seru banget. sewaktu ke harujuku jg seru, liat orang-orang pake kostum dan nonton pertunjukkan dan atraksi. dari harajuku aku jalan sampe ometesando, disana aku mampir ke oriental bazaar. tau apa yang aku beli? lukisan hehehehe.
sewaktu awal-awal di jepang, hobi banget makan sashimi, kapan lagi bisa makan ikan dengan puasnya tanpa alergi hhehehe. g cuma ikan yang aku telen mentah-mentah tapi telur salmon, telur ikan terbang, gurita, cumi, udang.. banyak deh. terakhir-terakhir udah agak enek ma permentahan, aku hampir tiap hari makan yakiniku ma kimchi.. kok makan makanan korea di jepang... suka suka donk hehehehe.
kapabashi, buat ibu-ibu kayaknya g lengkap deh kalo g mampir ke tempat ini pas maen ke tokyo. mau tau kenapa, kesana aja dulu, ntar jg tau. yang jelas di tempat ini ampe 3 kali balik jg g cape-cape. aku ceritain aja deh ada apa disini. di kapabashi itu segala macem peralatan dapur tuh ada, buat rumah sendiri ato buat resto.
kalo cerita tokyo bakal g abis-abis, mending liat ndiri deh. sayangnya pas ke jepang aku g ke gunung fuji. pas mau kesana ada longsor tapi gapapa lah, sapa tau laen waktu ma keluarga jg ke jepang lagi, amieeeennnn
aku di jepang jg g ke disneyland, bodoh ya hehehe, ah g juga hehehe, ntar di korea ato florida jg ada hehehe. mending ntar aja pas ke florida. maaf ya g bisa cerita disneyland ala jepang. yang kata orang disney sea nya ok abis.
kelupaan cerita ttg kyoto. selain temple-temple, aku suka banget pas berwisata ma romantic train, sumpa pengen banget bawa mama papaku kesini. bukan keretanya yang bikin terpesona tapi pemandangannya, sungai, gunung... cantik banget, mana bersih. sampe diujung perberhentian, aku saranin kembali naek perahu nyusurin sungai.. wuih!!! doain ya pa, ma.. kapan waktu bisa bawa papa mama kesini. temple di kyoto yang kyknya wajib di datengin tuh golden dan silver temple.
btw kalo ke kyoto sempetin mampir ke Toko cindera mata di pertokoan Teramachi Sanjo
Di tempat ini toko cindera mata ada di semua lorong pertokoan. Yang di jual hampir seragam, patung khas jepang dari bambu atau kayu , kerajinan dari metal, gantungan kunci, kartu pos, gelas keramik, pigura, lukisan kain, kipas dengan motif jepang dari kain dan kertas, kaos oblong bergambar khas jepang, dan permainan anak-anak tradisional jepang. Umumnya di depan toko ada etalase yang menjual kue khas jepang seperti mochi dan senbei (Kerupuk beras yang dipanggang). mirip asakusa di tokyo tapi disini barang-barangnya cenderung lebih murah. aku dari sana menjinjing lampion.
cerita kamakura. ni tempat buatku g kalah seru.. tujuan dan wisatanya cenderung sama, temple. tapi buat aku ntah napa suka banget yang kayak beginian, daripada ke pusat kota hehehe. dari satu tempat ke tempat yang lain, entah pelit entah takjub, kita tuh jalan kaki donk hehehe. hasilnya g rugi, menenteng sepasang samurai dan payung musim panas. sumpa aku suka banget tu payung. di kamakura jangan lupa foto di temple yang ada patung budhanya, jadi inget hongkong kalo foto ma patung budha. di india jg ada loh patung budha, di goa. deket tempat mother teresa.
i love japan heheehe. pas temennya suami telp dari canada, karena dapet penugasan selanjutnya ke jepang.. aku cuma bilang, ok berat. temen suamiku langsung blg, you dari korea ntar ke jepang lagi ya maen ma I, maen ma you gada matinya. busyet hehehee, mungkin maksud dia karena dia percayanya aku pasti tau banyak, namanya jg pengangguran, betul tidak???
sewaktu di india, aku masih ngliat cara ngbangun gedung, orang-orangnya tuk ambil barang masih pake tangga bambu bertingkat, mereka bahu membahu mengangkat bahan materialnya, jadi di setiap tahapan tangga ada orang yang berfungsi oper-operan barang. di jepang, bangunan yang lagi dibangun ditutup terpal jadi gada debu dan aman buat orang-orang disekitar.
aku tinggal di tokyo dan sempet main ke kyoto dan kamakura. aku suka sekali pasar ikan di tjukiji tokyo. segitu banyaknya ikan, tapi gada lalat, g kotor. wuih!!! aku jg seneng pas ke okadaya, kalo g salah bangunannya sampe 7 lantai, isinya bahan-bahan tuk kerajinan tangan, kumplit. disana jg ada buku-buku cara bikinnya. kalo suamiku hobi banget ke akibahara, yodobashi.. buat dia yang hobi ma kamera, tuh tempat udah kyk surga kali ya. tiap minggu pasti mesti mampir sana.. suamiku itu memang menggemaskan hehehe.
naek kereta di odaiba, muterin rainbow gate, seru banget. sewaktu ke harujuku jg seru, liat orang-orang pake kostum dan nonton pertunjukkan dan atraksi. dari harajuku aku jalan sampe ometesando, disana aku mampir ke oriental bazaar. tau apa yang aku beli? lukisan hehehehe.
sewaktu awal-awal di jepang, hobi banget makan sashimi, kapan lagi bisa makan ikan dengan puasnya tanpa alergi hhehehe. g cuma ikan yang aku telen mentah-mentah tapi telur salmon, telur ikan terbang, gurita, cumi, udang.. banyak deh. terakhir-terakhir udah agak enek ma permentahan, aku hampir tiap hari makan yakiniku ma kimchi.. kok makan makanan korea di jepang... suka suka donk hehehehe.
kapabashi, buat ibu-ibu kayaknya g lengkap deh kalo g mampir ke tempat ini pas maen ke tokyo. mau tau kenapa, kesana aja dulu, ntar jg tau. yang jelas di tempat ini ampe 3 kali balik jg g cape-cape. aku ceritain aja deh ada apa disini. di kapabashi itu segala macem peralatan dapur tuh ada, buat rumah sendiri ato buat resto.
kalo cerita tokyo bakal g abis-abis, mending liat ndiri deh. sayangnya pas ke jepang aku g ke gunung fuji. pas mau kesana ada longsor tapi gapapa lah, sapa tau laen waktu ma keluarga jg ke jepang lagi, amieeeennnn
aku di jepang jg g ke disneyland, bodoh ya hehehe, ah g juga hehehe, ntar di korea ato florida jg ada hehehe. mending ntar aja pas ke florida. maaf ya g bisa cerita disneyland ala jepang. yang kata orang disney sea nya ok abis.
kelupaan cerita ttg kyoto. selain temple-temple, aku suka banget pas berwisata ma romantic train, sumpa pengen banget bawa mama papaku kesini. bukan keretanya yang bikin terpesona tapi pemandangannya, sungai, gunung... cantik banget, mana bersih. sampe diujung perberhentian, aku saranin kembali naek perahu nyusurin sungai.. wuih!!! doain ya pa, ma.. kapan waktu bisa bawa papa mama kesini. temple di kyoto yang kyknya wajib di datengin tuh golden dan silver temple.
btw kalo ke kyoto sempetin mampir ke Toko cindera mata di pertokoan Teramachi Sanjo
Di tempat ini toko cindera mata ada di semua lorong pertokoan. Yang di jual hampir seragam, patung khas jepang dari bambu atau kayu , kerajinan dari metal, gantungan kunci, kartu pos, gelas keramik, pigura, lukisan kain, kipas dengan motif jepang dari kain dan kertas, kaos oblong bergambar khas jepang, dan permainan anak-anak tradisional jepang. Umumnya di depan toko ada etalase yang menjual kue khas jepang seperti mochi dan senbei (Kerupuk beras yang dipanggang). mirip asakusa di tokyo tapi disini barang-barangnya cenderung lebih murah. aku dari sana menjinjing lampion.
cerita kamakura. ni tempat buatku g kalah seru.. tujuan dan wisatanya cenderung sama, temple. tapi buat aku ntah napa suka banget yang kayak beginian, daripada ke pusat kota hehehe. dari satu tempat ke tempat yang lain, entah pelit entah takjub, kita tuh jalan kaki donk hehehe. hasilnya g rugi, menenteng sepasang samurai dan payung musim panas. sumpa aku suka banget tu payung. di kamakura jangan lupa foto di temple yang ada patung budhanya, jadi inget hongkong kalo foto ma patung budha. di india jg ada loh patung budha, di goa. deket tempat mother teresa.
i love japan heheehe. pas temennya suami telp dari canada, karena dapet penugasan selanjutnya ke jepang.. aku cuma bilang, ok berat. temen suamiku langsung blg, you dari korea ntar ke jepang lagi ya maen ma I, maen ma you gada matinya. busyet hehehee, mungkin maksud dia karena dia percayanya aku pasti tau banyak, namanya jg pengangguran, betul tidak???
Langganan:
Postingan (Atom)